Minggu, 07 November 2010

Irman's Site - Irman's Blog

ULAR di dalam buku, dalam sebuah lirik tembang bertajuk "Cikal" karya Iwan Fals menjadi hiasan tato. Di lingkungan masyarakat Indonesia pun, Trend melukis anggota tubuh itu pun sempat booming. Tak terkecuali public figur seperti Ratu Felisha yang memilih tato sebagai karya seni-nya.

Meski image adanya gambar tatoo kerapkali identik dengan hal negatif, tokh tato tetap berada di hati penggemarnya, termasuk bagi sejumlah kalangan di wilayah Priangan Timur yang tetap konsisten membiarkan bagian tubuhnya ditumbuhi gambar tato. Ngomong-ngomong soal tato, beberapa tahun belakangan ini menjadi perhatian pengelola sekolah.

Mereka yang anggota tubuhnya ditato terpaksa di-cancel menjadi siswa baru di sekolah tertentu. SMK Plus Al-Hasanah di Kec. Gunung Tanjung Kab. Tasik menjadi satu diantara sekolah yang menerapkan sangsi keras pada muridnya yang ditato. Pendaftar yang diketahui bertato terpaksa didiskualifikasi, meski nilai ujian nasional-nya sudah memenuhi. Pihak sekolah beralasan, pelajar yang bertato bakal menyulitkan pihak sekolah terutama dalam upaya sekolah merekomendasikan si pelajar tersebut mendapat pekerjaan sesuai dengan bidang ilmunya.

Kalau tidak mujur-mujur amat, jebolan sebuah sekolah menengah kejuruan atau sederajat yang masih bertato akan sangat sulit diterima di perusahaan-perusahaan tertentu. Malah beberapa perusahaan otomotif yang menjadi salah satu bidikan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan terutama jurusan mesin, belakangan dikabarkan menutup rapat-rapat pelamar bertato. Perusahaan itu beranggapan, gambar tato masih identik dengan budaya yang maaf masih negatif. Jika background seperti itu masih tertanam seperti image karakter orang bertato, perusahaan boleh jadi bakal rugi.

Bagaimanapun, perusahaan tentu mengharapkan calon karyawan yang berkarakter baik selain tentu saja penguasaan skil yang mumpuni. Jadi kalau masih ragu-ragu untuk bertato, apalagi jika dikaitkan dengan sah tidaknya melaksanakan Sholat (bagi Umat Islam) ya lebih baik ulah maksakeun. Atau kalau ngebet, seperti diutarakan seorang pelukis tato, "pakailah tato temporer. Sehingga, kita masih bisa menikmati karya seninya usai Isya sampai Subuh.".*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar